UTS ASWAJA KELAS IX
BAB SATUUUU
AHLUSSUNAH WAL JAMAAH
Untuk memahami tentang Ahlussunnah Waljamaah terlebih dahulu dahulu harus kita fahami pengertiannya. Pengertian Ahlussunnah Waljama'ah adalah sebagai berikut:
SECARA BAHASA
Terdiri dari 3 kalimat:
- Ahlun yang berarti pengikut | ikuti dan berpegang teguh pada
- as-Sunnah yang berarti jejak | jejak langkah Rasulullah saw. nabi sebagaimana yang dipraktikkan
- al-Jamaah yang berarti kumpulan atau kelompok sahabat Nabi /tabiin, dan murid para sahabat nabi/tabiin, tabiit.
SECARA ISTILAH:
Kelompok atau golongan umat Islam yang berpegang teguh pada sunnah (ajaran, perkataan, perbuatan, dan ketetapan) Nabi Muhammad SAW, serta ajaran para sahabatnya, dan bersatu di atas kebenaran dalam akidah, ibadah, dan akhlak.
Jejak langkah Rasul semuanya berasal dari wahyu yang berupa kitab suci al-Our'an dan sunnah Rasul yang meliputi agwal (ucapan), ahwal (perbuatan), dan tagrir (penetapan) Rasul. Jejak langkah Rasul tersebut dipegang teguh dan diamalkan oleh para sahabat sehingga menjadi sunahnya, kemudian diteruskan kepada tabi'in dan tabi'it tabi'in.
Ahlussunnah wal Jama'ah dapat juga di sebut “assawadul Adhom" yakni golongan terbesar umat Islam yang di dalamnya terdapat para ulama ahlul hag dari berbagai keahlian ilmu. Ada ahli fikih, ilmu kalam, hadis, tafsir, tasawuf dan sebagainya.
B. TOKOH-TOKOH AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH
1. Abu Hasan Ali | 260-324 H | seorang ulama mu'tazilah yang al-Asy'ari lebih terkenal dengan nama imam Asy'ari. Lahir di Basrah (Irag) pada tahun 260 H.
2. Abu Manshur | Abad III H. | Dikenal dengan al-Maturidi. Beliau Muhammmad lahir di Uzbekistan dan pada tahun bin Mahmud 22
( Al-Maturidi sebagai seorang tokoh memiliki ) karangan-karangan kitab. Di antara karangannya yang tercatat adalah Risalah fi al-'aga'id dan syarh al-Figh al-Akbar. Sebagai pengikut Abu Hanifah yang banyak memakai rasio dalam pandangan keagamaanya, al-Maturidi banyak pula memakai akal dalam pandangan keagamaannya.
C. CARA PIKIR ASWAJA
Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibril yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, bahwa pilar agama ada tiga yaitu: Iman, Islam dan Ihsan. Pembagian ilmu ada tiga yaitu: akidah, figih dan suluk. Setiap imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat yang Allah berikan.
C. Cara berfikir Ahlussunnah WalJamda'ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Guran dan Sunnah), penafsiran dan penerapannya. Aswaja berupaya memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian (tahgig manath) dan memahami sebab hukum (takhrij manath).
Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) menjelaskan dan memahammi teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yang global (mujmal), kemudian menerapkannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi sesuai dengan ajaran Islam.
Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan unsur penting, yaitu tata cara menerapkan teks wahyu yang pasti benar kepada realitas kehidupan.
Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka tidak memahami realitas kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Oleh karena itu mereka sesat dan menyesatkan.
Ciri-ciri Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja)
1. Tidak mengafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam.
2. Tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (yang haram).
3. Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau figih, atau tasawuf.
4. Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan sebagai jalan.
5. Aswaja memahami syariat.
6. Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan teks wahyu
7. Aswaja memperhatikan dengan cermat 4 faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat, individu dan keadaan.
D. AJARAN-AJARAN AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH
Ajaran Ahlussunnah wal jama'ah tentang akidah sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Tentang Allah
a. bahwa Allah bersifat dengan segala sifat Jamal (keindahan), Sifat Jalal (keagungan), dan sifat Kamal (kesempurnaan)
b. sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh hambaNya meliputi: 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan 1 sifat jaiz
c. Allah mempunyai 99 Asma yang disebut Al-Asmaul Husna
2. Tentang Malaikat Allah
a. Bahwa malaikat adalah makhluk Allah yang dititahkan dari cahaya/nur, tidak berayah dan beribu, tidak lelaki atau wanita, tidak makan minum dan tidak pernah berbuat maksiat.
b. Bahwa jumlah seluruh malaikat hanya bisa diketahui oleh Allah swt, namun ada 10 malaikat yang wajib diketahui, baik asma maupun tugasnya masing-masinng.
3. Tentang Kitab-kitab Allah a. Bahwa kitab suci ada 4 yaitu: 1) Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud 2) Kitab Taurot diturunkan kepada Nabi Musa 3) Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa 4) Kitab Al-Gur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
b. Bahwa Al-Our'an adalah Kalamullah (firman Allah) yang dihukumi Gadim (kekal)
c. Bahwa Al-Our'an adalah kitabullah yang paling akhir, paling mulia, paling sempurna
4. Tentang Rasul Allah
a. Umat Islam terutama kaum Ahlussunnah wal jamaah mempercayai bahwa Rasul-rasul yang diutus oleh Allah bertugas untuk menyampaikan kitab-kitab suci kepada manusia.
b. Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu banyak jumlahnya yaitu 124.000 Nabi dan 315 Rasul. Namun yang wajib diketahui namanyaada 25 Rasul. Permulaan dari adanya Nabi dan Rasul adalah Nabi Adam dan penutup dari semua nabi dan rasul adalah Muhammad saw.
5. Tentang Hari Kiamat a. Bahwa hari kiamat itu pasti terjadi dan waktunya dirahasiakan oleh Allah b. Setelah hari akhirat akan terdapat : 1) Padang mahsyar ) Mizan dan hisabul amal (timbangan dan perhitungan amal) 3) Syafa'at terutama dari para Nabi dan Rasul ) )
Titian shirathul mustagim Surga dan neraka 6) Ahli surga bisa melihat dzat Allah secara langsung.
6. Tentang Takdir Segala kejadian berlaku menurut takdir Allah, namun manusia diberi kesempatan untuk berikhtiar. Kemudian, sesuai dengan rupa ikhtiar yang dilakukan inilah manusia mendapat balasan dari Allah. Kalau ikhtiarnya berwujud perbuatan baik maka mendapat pahala dan kalau berwujud perbuatan maksiat maka mendapat siksa.
7. Tentang Alam Kubur a. Setelah orang mati dikebumikan, lalu dihidupkan kembali dengan begitu ia telah sampai di alam kubur. Di sini ia dapat mendengar suara yang berada di alam dunia. b. Lalu datang malaikat Munkar Nakir untuk mengujinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. c. Orang Shaleh mendapat nikmat kubur, sedang orang jahat mendapat siksa kubur.
BAB DUA
AQIDAH ASWAJA AN-NAHDLIYAH
A. KONSEP AOIDAH ASY'ARIYAH
Agidah Asy'ariyah merupakan jalan tengah (tawasuth) di antara kelompok keagamaan yang berkembang pada saat itu, yaitu kelompok Jabariyah dan kelompok Oadariyah.
Jabariyah | - Kelompok Jabariyah berpendapat bahwa seluruh perbuatan manusia diciptakan oleh Allah dan manusia tidak punya peranan apa pun.
- Kekuasaan Allah adalah mutlak
Oadariyah | - Kelompok Oadariyah berkeyakinan bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh manusia itu sendiri terlepas dari Allah.
- Kekuasaan Allah terbatas.
Sikap tawasuth ditunjukkan oleh Asy'ariyah dengan konsep al-kasb (upaya). Menurut Asy'ari, perbuatan manusia diciptakan oleh Allah, namun manusia memiliki peranan dalam perbuatannya.
Kasb memiliki makna kebersamaan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan. Kasb juga memiliki makna keaktifan manusia dan manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dengan konsep kasb, agidah Asyariyah menjadikan manusia selalu berusaha secara kreatif dalam kehidupannya, namun
Menurut Asy'ari kerja akal (rasional) dihormati sebagai penerjemahan dan penafsiran wahyu dalam rangka untuk menerapkannya dalam kehidupan. Dengan begitu pesan-pesan wahyu dapat diterapkan oleh semua umat manusia. Inilah pesan al-Our'an bahwa ajaran Islam adalah rahmatan li al-'alamin. Namun, agar aspek akal (rasionalitas) tidak menyimpang dari wahyu, manusia harus mengembalikan seluruh kerja akal di bawah kontrol wahyu.
B. KONSEP AOIDAH MATURIDIYAH
Pada prinsipnya, agidah Maturidiyah memiliki keselarasan dengan agidah Asy'ariyah, yang membedakannya adalah:
- Asyari menggunakan figh |- Maturidi menggunakan figh mazhab Imam Syafi'i dan mazhab Imam Hanafi Imam Maliki
Sikap tawasuth Maturidi berkaitan dengan usaha mendamaikan antara al-nagli (wahyu/nash) dan al-'agli (akal). Menggunakan akal sama pentingnya dengan menggunakan wahyu. Suatu kesalahan bila kita berhenti untuk berbuat pada saat tidak terdapat nash.juga, suatu kesalahan bila kita laruttidak terkendali dalam menggunakan akal. Allah menganugerahkan akal kepada manusia agar dia menjadi khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, dalam al-Our'an, Allah memerintahkan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami tanda-tanda (al-ayat) kekuasaan Allah yang terdapat di alam raya. Dalam al-Our'an misalnya ada kalimat ligaumin yatafakkarun, ligaumin yagilun, ligaumin yatadzakkarun, laallakum tasykurun, laallakum tahtadun dan sebagainya. Artinya, akal berguna bagi manusia untuk memperteguh iman dan tagwanya kepada Allah SWT.
Yang sedikit membedakan Maturidi dari Asyari adalah pendapat Maturidiyah tentang
posisi akal terhadap wahyu. Maturidiyah meyakini bahwa wahyu harus diterima penuh.
Menurut Maturidiyah, jika terjadi perbedaan antara wahyu dan akal, akal harus berperan mentakwilkannya. Terhadap ayat-ayat tajsim (Allah bertubuh) atau tasybih (Allah serupa makhluk) harus ditafsirkan dengan ari magjazi (kiasan). Contohnya seperti lafal yadullah yang arti aslinya "tangan Allah" ditakwil menjadi “kekuasaan Allah".
Tentang sifat Allah, Maturidiyah dan Asy'ariyah sama-sama menerimanya. Namun, sifat-sifat itu bukan sesuatu yang berada di luar zat-Nya. Sifat tidak sama dengan zat, tetapi tidak dari selain Allah.Misalnya, Tuhan Maha Mengetahui bukanlah dengan Zat-Nya, tetapi dengan pengetahuan ('ilmu)-Nya (ya'lamu bi 'ilmihi).
Dalam persoalan "kekuasaan" dan "kehendak" (gadrah dan iradah) Tuhan, Maturidiyah berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh Tuhan sendiri. Jadi tidak mutlak. Meskipun demikian, Tuhan tidak dapat dipaksa atau terpaksa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
Misalnya, Allah menjanjikan orang baik masuk surga dan orang jahat masuk neraka, maka Allah akan menepati janji-janji tersebut. Tapi dalam hal ini, manusia diberikan kebebasan oleh Allah menggunakan daya untuk memilih antara yang baik dan yang buruk. Itulah keadilan Tuhan.
Karena manusia diberi kebebasan untuk memilih dalam berbuat, perbuatan itu tetap diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu, perbuatan manusia merupakan perbuatan bersama manusia dan Tuhan.
Allah yang mencipta dan manusia yang meng-kasab-nya. Dengan begitu, manusia yang dikehendaki adalah manusia yang kreatif dan sekaligus pandai bersyukur karena kemampuannya melakukan sesuatu tetap dalam ciptaan Allah. Jadi, kreativitas itu tidak menjadikan makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan.
C. SPIRIT AJARAN ASY'ARI DAN MATURIDIYAH
Munculnya Asy'ariyah dan Maturidiyah merupakan upaya mendamaikan antara kelompok Jabariyah dengan kelompok Oadariyah (yang dilanjutkan oleh Mu'tazilahh yang mengagung-agungkan manusia sebagai penentu seluruh kehidupannya. Sikap moderat keduanya merupakan ciri utama dari kaum Aswaja dalam beragidah.
Sikap tawasuth diperlukan dalam rangka untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi munkar yang selalu mengedepankan kebajikan secara bijak. Yang prinsip bagi Aswaja adalah berhasilnya nilai-nilai syariat Islam dijalankan oleh masyarakat, sedangkan cara yang dilakukan harus menyesesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat setempat.
Aswaja menolak ajaran-ajaran yang dimiliki oleh kelompok garis keras, seperti:
1. Aswaja menolak Mu'tazilah yang memaksakan ajarannya kepada orang lain dengan cara keras.
2. Aswaja Menolak untuk menuduh orang dengan tuduhan musyrik dan harus dihukum hanya karena berbeda faham.
3. Aswaja an-Nahdliyah melarang penyelesaian persoalan dengan kekerasan dan pemaksaan seperti yang dilakukan oleh kelompok garis keras FPI.
4. Ajaran Aswaja juga menolak kelompok-kelompok yang menutup diri dari golongan mayoritas kaum Muslimin ((amaa'atul muslimin), seperti yang ditunjukkan oleh kelompok Syiah, Khawarij, dan Mu'tazilah. Sekarang ada kelompok yang menutup diri dari mayoritas umat Islam seperti LDII.
BAB 3
SYARIAH ASWAJA AN-NAHDLIYAH
A. KENAPA BER-IJTIHAD
litihad (24) berasal dari kata Jahada yang artinya sebuah usaha yang sungguh-sungguh atau mencurahkan segala kemampuan. Jadi, ijtihad ialah berusaha untuk berupaya atau berusaha yang bersungguh-sungguh dengan syarat menggunakan akal sehat dan dengan pertimbangan matang. ljtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Sesungguhnya ijtihad juga sudah dilakukan sahabat ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Ijtihad juga dilakukan ketika sahabat menghadapi persoalan baru tapi tidak mungkin dapat ditanyakan langsung kepada Rasulullah karena Rasulullah sudah wafat. Kegiatan ijtihad makin banyak dilakukan pada masa-masa selanjutnya oleh ulama ahli ijtihad yang di sebut dengan para mujtahid.
Tokoh yang ijtihadnya kuat disebut dengan mujtahid mustagil. Mereka mampu menciptakan “pola pemahaman (manhaj)" tertentu terhadap sumber pokok hukum Islam, al-Our'an dan al-Hadits.
Pemahaman ajaran Islam melalui ijtihad para mujtahid disebut mazhab. Mazhab berarti "jalan pikiran dan jalan pemahaman" atau “pola pemahaman”. Ada orang yang tidak mampu melakukan ijtihad sendiri karena keterbatasan ilmu dan syarat-syarat yang dimilikinya. Mereka mengikuti pemahaman dengan metode, prosedur dan produk ijtihad para mujtahid. Maka orang tersebut disebut bermazhab (menggunakan mazhab).
Comments
Post a Comment